Bagaimanakah Cara Menyusui yang “Benar”?

Bagaimanakah Cara Menyusui yang “Benar”? Seorang ibu sedang menyusui anaknya

Menyusui itu gampang.  Tapi sebagian ibu menemukan bahwa menyusui tak semudah kelihatannya.

Sebagian ibu merasa bayinya menyusu kuat tapi tampak masih lapar, sebagian lagi merasa kesakitan setiap menyusui, dan sebagian bayi tampak tidak suka dan menolak saat akan disusui. Banyak ibu menghadapi berbagai kendala dan tantangan dalam menyusui sehingga timbullah pertanyaan : Bagaimana sih cara menyusui yang benar?

Jika dilihat dari tujuan dan dari prosesnya, sederhananya kita dapat mengharapkan kegiatan menyusui berjalan seperti ini :

  • Bayi mendapatkan asupan yang dibutuhkan, pertumbuhannya sesuai harapan, perilakunya menunjukkan ia puas dengan menyusu. Tentu saja, tujuan utama kita menyusui adalah untuk memberi makan bayi, bukan?
  • Ibu terhindar dari rasa tidak nyaman saat menyusui (perih, lecet, bengkak). Jika mengikuti lamanya waktu menyusui yang disarankan WHO, yaitu sejak baru dilahirkan hingga setidaknya anak berusia 2 tahun, tentunya ibu perlu merasa nyaman saat menyusui sejak hari pertama.

Baca juga : Cara Menyusui

Nah, setiap ibu dan bayi dapat menggunakan beragam cara menyusui yang nyaman untuk keduanya, yang tentunya akan berbeda-beda untuk tiap ibu dan bayi.

Tidak ada cara yang paling tepat atau benar. Tapi pada umumnya untuk mencapai hal tersebut ada satu poin utama : agar ASI dapat keluar dengan lancar dari payudara ibu, penelitian menunjukkan bahwa lidah bayi perlu menjangkau banyak bagian dari payudara, tak hanya puting tapi juga areola.

cara menyusui
cara menyusui

Di gambar pertama kita dapat melihat, seluruh saluran yang menyambungkan kelenjar ASI dengan puting ada di dalam mulut bayi. Dalam kondisi seperti ini ASI akan mudah keluar.

Sementara di gambar kedua, saluran-saluran tersebut ada di luar mulut bayi, hal ini menyebabkan bayi lebih sulit mengeluarkan ASI.

Pelekatan yang baik tersebut dapat kita dapatkan dengan beragam cara. Setiap pasangan ibu dan bayi dapat mencoba berbagai gaya untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman, di antara gaya dan posisi tersebut adalah :

BIOLOGICAL NURTURING (laid back breastfeeding position)

biological nurturing
Biological Nurturing, sumber gambar: www.llli.org

Untuk menghasilkan pelekatan yang baik, di masa lalu biasanya para ibu diajari cara-cara gaya menggendong dan memposisikan bayi dalam keadaan duduk tegak.

Tapi sebuah penelitian yang dilakukan Suzanne Colson dan kawan-kawan pada tahun 2008 menawarkan alternatif yang jauh lebih mudah.

Dari penelitian tersebut ditemukan, para ibu yang baru saja melahirkan akan lebih nyaman dan lebih bertahan lama menyusui saat mereka melakukan menyusui dalam posisi laid-back/semi-reclining atau rebahan.

Caranya: ibu mengambil posisi rebahan sambil bersandar, dengan sudut kemiringan antara  15°-64° kemudian bayi diletakkan di atas dada, dan dibiarkan melekat dengan sendirinya.

Pada cara ini, ibu tidak banyak mengintervensi posisi bayi, kedua tangan ibu bebas, memegang bayi sekedar untuk menjaganya agar tidak terguling. (catatan: Ingat bahwa ibu rebahan bersandar, bukan telentang 180 derajat)

Dalam posisi duduk tegak seperti biasa kita diajari, refleks-refleks bayi baru lahir biasanya menyulitkan kita untuk memosisikan bayi – contohnya: refleks “mengayuh sepeda” tangan mendorong-dorong, kaki menendang-nendang, gerakan kepala depan-belakang seperti “mematuk-matuk”.

Dalam Biological Nurturing  gerakan-gerakan refleks tersebut justru akan membantu bayi untuk bergerak mencapai payudara.

Dalam posisi ini juga gravitasi yang biasanya menghambat bayi mencapai payudara karena berat kepalanya, malah akan membantu bayi untuk memasukkan areola jauh ke dalam mulutnya.

Yang lebih membuat nyaman lagi, dalam posisi laid-back ini juga para ibu merasa lebih badan lebih rileks, ketegangan di kepala, leher, pundak dan punggung sangat jauh berbeda dibanding duduk tegak. Luka jahitan pun – baik luka episiotomi ataupun luka operasi caesar – dirasakan lebih minimal dibandingkan duduk tegak.

Ibu juga tidak perlu terlalu berkonsentrasi untuk memikirkan posisi dan pelekatan yang benar. Hal ini sangat mendukung proses lepasnya hormon oksitosin karena ibu lebih rileks dan tenang.

Tentunya kita tetap boleh memilih posisi menyusui dengan duduk tegak, atau posisi tidur menyamping. Kita dapat mencoba bermacam-macam cara untuk mencari posisi yang betul-betul nyaman bagi ibu dan bayi.

Untuk posisi selain Biological Nurturing ada beberapa poin penting dalam memosisikan bayi yang perlu kita ingat, yaitu :

1.    Kepala dan badan bayi harus satu garis lurus
Sama seperti halnya kita orang dewasa, bayi akan lebih nyaman saat menyusu dan menelan, jika kepalanya tidak menoleh. Jika lehernya harus menoleh untuk mencapai payudara, bayi mungkin akan pegal dan terlalu cepat melepas payudara dari mulutnya.
2.    Tubuh bayi didekap dekat dengan tubuh ibu
Kalau badan bayi terlalu jauh dari payudara, bayi cenderung hanya bisa “menangkap” puting saja.
3.    Ibu menopang seluruh tubuh bayi – bukan hanya kepala dan bahu
4.    Bawa bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting

Dengan catatan 4 poin di atas, kita bisa memilih posisi-posisi ini :

CRADLE HOLD, ibu duduk tegak, kepala bayi disangga oleh tangan yang satu sisi dengan payudara yang disusukan. Posisi ini paling umum digunakan, termasuk di masyarakat kita, tapi bukan berarti semua orang pasti nyaman dengan posisi ini. Pada cradle hold kita biasanya agak sulit mengatur kepala bayi dan mengarahkannya ke payudara ibu.

Posisi Menyusui - crade hold
Posisi Menyusui – crade hold

CROSS-CRADLE HOLD, kepala bayi disangga oleh tangan yang berlawanan arah terhadap payudara yang disusukan. Posisi ini bisa digunakan untuk bayi kecil atau sakit.

Cara Menyusui: Posisi Cross Cradle
Cara Menyusui: Posisi Cross Cradle

FOOTBALL HOLD/POSISI BAWAH LENGAN, posisi bayi ada di bawah lengan ibu yang satu sisi dengan payudara. Jika bayi agak sulit melekat, posisi ini juga bisa dicoba. Juga cocok digunakan saat menyusui bayi kembar atau jika saluran ASI tersumbat.

Cara Menyusui: Posisi dibawah lengan
Cara Menyusui: Posisi dibawah lengan

SIDE-LYING POSITION/TIDUR MENYAMPING. Posisi ini bisa digunakan saat ibu ingin menyusui sambil istirahat, atau setelah operasi caesar.

Cara Menyusui: Posisi Berbaring Menyamping
Cara Menyusui: Posisi Berbaring Menyamping

Untuk ibu yang memiliki anak kembar, bisa menyusui dua anak sekaligus dengan posisi double football atau double cradle, atau kombinasi keduanya. Saat menyusui bayi kembar, pada awalnya mungkin Bunda perlu bantuan anggota keluarga lain, dan perlu menyiapkan bantal-bantal untuk memudahkan.

Cara Menyusui anak kembar
Sumber gambar : Unicef’s Brochure “How to Breastfeed”

CARA MEMASUKKAN PAYUDARA KE MULUT BAYI

Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, biasanya akan lebih mudah jika kita menunggu sampai mulut bayi benar-benar terbuka lebar dan mendahulukan majunya dagu dan bibir bawah untuk menempel pada payudara.

Cara Menyusui
Sumber gambar : Womenshealth.gov

TANDA BAYI SUDAH MELEKAT DENGAN BAIK

cara menyusui
Sumber gambar: WHO, Unicef. 40 hours Breastfeeding Counselling: A Training Course

Ayah dapat membantu untuk mengecek apakah bayi kemungkinan sudah melekat dengan baik atau belum. Dari luar, umumnya bayi yang melekat dengan baik akan terlihat seperti gambar di atas sebelah kiri.
Tanda pelekatan sudah baik :

  1. Daerah areola yang terlihat di atas mulut bayi lebih luas daripada di bawah mulutnya
  2. Mulut bayi terbuka lebar
  3. Bibir bayi terputar keluar (dower)
  4. Dagu bayi nempel ke payudara

Pelekatan yang baik biasanya terlihat asimetris atau ”asymmetrical latch”.

Jika bayi sudah melekat dengan baik, kita bisa melihat ada gerakan menelan, bahkan bisa mendengar bunyi tegukan. Kita juga dapat merasakan payudara yang tadinya terisi jadi “kosong”. Bayi rileks, melepas payudara sendiri, mungkin tertidur.

Sebelum pulang ke rumah, akan lebih menenangkan jika kita pastikan cara menyusui kita sudah dinilai baik oleh konselor menyusui di tempat kita melahirkan. Jangan segan-segan untuk terus berkonsultasi sampai menyusui dirasakan benar-benar nyaman dan mantap.

Jika proses menyusui betul-betul telah bisa mencukupi kebutuhan bayi, pada hari VI bayi sudah buang air kecil setidaknya 6 kali setiap 24 jam, dan di usia 2 minggu beratnya sudah kembali ke berat lahir, lalu di bulan selanjutnya diharapkan berat bayi mengikuti kurva growth chart WHO atau KMS.

Hal-hal inilah yang menjadi TANDA PASTI bahwa ASI yang diminum bayi sudah mencukupi kebutuhannya.

Akan sangat baik jika sejak baru melahirkan ibu sudah didampingi tenaga kesehatan atau orang yang sudah terlatih untuk melakukan konseling menyusui. Untuk mendeteksi bagaimanakah proses menyusui berjalan, ibu juga dapat menggunakan bantuan formulir skrining menyusui dini.

Nah, bagaimana, menyusui itu mudah kan? 🙂

Sumber :
WHO, Unicef (1993). 40 hours Breastfeeding Counselling : A Training Course. Participants’ Manual. <http://www.unicef.org/nutrition/files/Brochure_how_to_breastfeed.PDF>

Colson, S. D., Meek, J. H., & Hawdon, J. M. (2008). Optimal positions for the release of primitive neonatal reflexes stimulating breastfeeding. Early Human Development, 84(7), 441-449. <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18243594>

Office on Women’s Health US Department of Health and Human Services (2010). Learning to breastfeed. <http://www.womenshealth.gov/breastfeeding/learning-to-breastfeed>

La Leche League International (2010). Laid-back Breastfeeding. The Womanly Art of Breastfeeding, Chapter 20. <http://www.llli.org/docs/0000000000000001WAB/WAB_Tear_sheet_Toolkit/01_laid_back_breastfeeding.pdf>

Ditulis oleh: dr. Fitra
Seorang dokter umum dan inisiator berdiri Gema Indonesia Menyusui, seorang konsultan menyusui (IBCLC) dan aktif sebagai konselor menyusui sejak 2007.