Yuk, Tetap Menyusui ! (6-24 bulan)

Yuk, Tetap Menyusui !  (6-24 bulan) dr. Fransiska Handy, SpA.

Menyusui langsung sesering dan sesuka bayi merupakan cara utama mempertahankan pasokan ASI. Saat usia bayi di atas 6 bulan, tantangan untuk tetap menyusui semakin besar seperti berikut ini.

  • Sebagian besar ibu telah aktif di luar rumah. Hal ini menyita sebagian waktu dan pikirannya sehingga konsentrasi pada bayi tidak lagi sebesar sebelumnya.
  • Sebagian besar ibu mulai mendapatkan haid. Perubahan hormonal yang terjadi mungkin saja memengaruhi aktivitas menyusui karena ada saat-saat payudara terasa tegang, ibu kurang rileks, dan bayi menolak menyusu.
  • Payudara terasa lebih lembek, tak sekencang, dan sepadat bulan-bulan pertama menyusui sehingga ibu merasa ASI ibu mulai berkurang.
  • Bayi telah dapat melakukan banyak aktivitas bahkan saat ia sedang menyusu.
  • Gigi bayi mulai tumbuh yang kerap menimbulkan masalah karena ia gemar menggigit puting ibunya.
  • Biasanya, bayi mulai mengalami sakit-sakit ringan, seperti batuk, pilek, demam, dan diare pada usia 6 bulan. Bayi yang sakit membutuhkan cairan lebih banyak dari biasanya dan ASI adalah cairan terbaik untuknya. Namun, kesulitan menyusui justru dapat timbul saat bayi sakit, misalnya saat pilek bayi sulit menyusu karena hidung tersumbat atau bayi rewel karena tidak merasa nyaman.
  • Informasi yang kurang tepat seputar menyusui di atas usia 6 bulan, seperti ASI sudah tidak terlalu penting setelah bayi berusia 6 bulan, susu formula sudah dapat diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, bayi banyak bergerak ketika sedang menyusu tandanya ia ingin disapih, atau bayi sudah sulit/menolak menyusu sehingga ASI dihentikan.

Menyusui dan perkembangan bayi

Bayi pada usia 6 bulan memiliki cukup banyak keterampilan motorik kasar (kontrol kepala yang baik, tengkurap, dan duduk) maupun motorik halus (mengikuti objek, meraih benda, dan mencari benda yang dijatuhkan). Bayi menjadi kerap bermain setiap saat, termasuk pada saat menyusui. Namun, kemampuan bayi untuk menyusui telah terbangun dengan baik pada usia ini sehingga posisi menyusui bisa lebih fleksibel. Menyusui dengan posisi tubuh bayi berhadapan dengan tubuh ibu tidak lagi mudah dilakukan dan menjadi tidak perlu, sepanjang tidak terasa nyeri berlebih pada puting dan ASI tetap mengalir. Bayi yang mulai menunjukkan kemampuan duduk dapat menyusu dengan posisi duduk. Dengan demikian, bayi di atas 6 bulan yang melakukan banyak aktivitas saat menyusu bukan berarti ia ingin disapih, tetapi karena tahap perkembangan normal yang telah ia capai.

Tumbuh gigi

Gigi yang mulai tumbuh memberi sensasi tersendiri yang kerap membuat bayi ingin mengigit sesuatu, termasuk menggigit puting saat menyusu. Gigitan bayi tentu menimbulkan rasa nyeri, bahkan luka yang dapat menganggu proses menyusui. Berikut ini cara mengurangi kebiasaan bayi menggigit puting.

  • Menyusui di saat bayi memang ingin menyusu atau saat ia mulai mengantuk. Jangan menawari bayi menyusu saat ia sedang asyik bermain.
  • Setiap kali mau menyusui, katakan kepada bayi bahwa ia tidak boleh menggigit puting.
  • Coba untuk mengenali tanda-tanda bayi akan mengakhiri proses menyusui dan lepaskan payudara ibu sebelum bayi bermain dan mengigit puting.
  • Untuk membantu agar bayi lebih tenang saat menyusu, disarankan ibu menyusui dengan rileks di ruangan yang tenang dan tidak terlalu terang. Hal ini dimaksud agar tidak terlalu banyak rangsangan yang diterima bayi dan ia dapat lebih santai dan tenang menyusu.
  • Setiap kali bayi melakukan gerakan mengigit puting, segera lepaskan payudara dari mulut bayi secara halus dengan memasukkan jari kelingking Anda ke mulut bayi sambil mengatakan bahwa ia tidak boleh melakukan itu karena ibunya kesakitan. Berikan payudara kembali jika bayi ingin menyusu lagi dengan tetap mengatakan ia tidak boleh mengigit. Anda disarankan tidak memberikan payudara jika bayi tidak ingin menyusu lagi.

Bayi sulit/menolak menyusu

Bayi menolak menyusu di atas usia 6 bulan kerap menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Padahal, bayi melakukan “gerakan” menolak menyusu bukan karena ia sudah benar-benar tidak suka dengan ASI atau mau berhenti menyusu. Umumnya, kondisi ini disebabkan perubahan dalam kehidupannya atau perubahan dari ibu, misalnya:

  • ibu mengalami haid sehingga payudara ibu lebih tegang dari biasanya,
  • ibu semakin sibuk dan sering meninggalkan bayi,
  • kehadiran pengasuh baru, dan
  • perpindahan bayi ke lingkungan yang baru (misalnya dititipkan ke rumah keluarga).

Hal yang pertama harus dilakukan, yaitu mencari penyebabnya, baru kemudian Anda dapat menentukan tindakan untuk mengatasinya (luangkan waktu dengan bayi sebanyak mungkin atau melatih pengasuh baru). Sambil menunggu penyebab sulit menyusu teratasi, perah ASI agar produksi tetap terjaga dan bayi tetap dapat meminumnya.

 

Ditulis oleh: Admin GIM
Kami adalah yayasan non profit yang bergerak di edukasi pemberian nutrisi bayi dan anak sejak lahir hingga usia 2 tahun