Seberapa pentingkah menyusui? Haruskah saya menyusui?

Seberapa pentingkah menyusui? Haruskah saya menyusui? Seberapa pentingkah menyusui? Haruskah saya menyusui?

menyusui.info– Kadangkala kita memahami bahwa menyusui dan memberi susu formula itu dianggap sama saja, atau sekedar lifestyle karena dianggap masing-masing memiliki kekurangan juga kelebihan.

Sehingga tidak memberi ASI dianggap satu hal yang lumrah dan biasa saja sebagai keputusan personal.

Sedangkan potensi kerugian yang mungkin timbul, baik bagi bayi, ibu juga masyarakat menjadi minim perhatian.

Pemikiran seperti ini sudah lama berkembang tidak hanya di Indonesia bahkan di seluruh dunia.

Sampai akhirnya perkembangan ilmu pengetahuan modern menunjukan betapa pentingnya menyusui dan betapa besarnya manfaat menyusui.

Sehingga program ‘kembali ke menyusui’ terus digaungkan, baik oleh lembaga-lembaga lokal maupun internasional.

Penggunaan susu formula diketahui mengganggu pertumbuhan bayi normal, bahkan meningkatkan angka kejadian penyakit-penyakit yang sebelumnya jarang ditemukan.

Berbagai upaya penyebarluasan informasi tentang hal tersebut telah dilakukan, bayi-bayi yang disusui menjadi standar normal kesehatan terbaru, dan solusi untuk berbagai masalah menyusui juga turut disosialisasikan.

Bunda mungkin pernah mendengar tentang Standar Emas Makanan Bayi dan Anak Kecil, yakni standar makanan terbaik yang dirumuskan WHO dan Unicef, dua badan dunia yang mengurusi kesehatan dan anak-anak. Nah, menyusui adalah bagian dari standar emas itu.

Apa Manfaat Menyusui?

Menyusui berarti Mensuplai Zat Kekebalan

Saat bayi dalam perut, bayi terlindungi sepenuhnya oleh ibu, zat-zat kekebalan tubuh disuplai ibu melalui plasentasi, selain itu rahim juga merupakan ruang bebas kuman.

Saat dilahirkan suplai zat antibodi terputus, dan terpapar lingkungan yang banyak kuman, sedangkan bayi belum mampu melindungi dirinya sendiri.

Hanya melalui ASI-lah rantai perlindungan terhadap bayi itu dapat terus berlanjut.

Komposisi ASI yang selalu berubah

Komposisi ASI senantiasa berubah mengikuti kebutuhan bayi. Dimulai dengan kolostrum di hari-hari pertama, kemudian dilanjutkan ASI transisi hingga hari keempat belas, dan akhirnya ASI matang dengan komposisi yang terus berubah sampai bayi disapih kelak.

Komposisi ASI adalah rujukan utama dalam pembuatan susu formula.

Meski susu formula dan ASI sama-sama mengandung protein, lemak, karbohidrat, dan beberapa zat gizi yang ditambahkan, susu formula tidak mengandung enzim, faktor pertumbuhan, hormon, sel hidup, dan agen-agen kekebalan atau pelindung dari infeksi karena semua zat tersebut sulit dibuat.

ASI sangat mudah diserap dan dimanfaatkan

Protein ASI lebih mudah dicerna, meski kadar protein hewan atau susu formula lebih tinggi tetapi justru akan memberatkan kerja ginjal bayi, karena sulit dicerna usus bayi, sehingga bisa saja terjadi diare menetap yang berlanjut menjadi kondisi kurang gizi.

ASI mencegah alergi

ASI memiliki sebagian materi genetik yangsesuai dengan genetik bayi. Susu—baik dari hewan maupun tumbuhan—mengandung 100% protein asing. Pemberian susu tersebut sedikit saja pada hari-hari pertama hidup bayi
dapat memicu bayi mengalami intoleransi atau alergi.

Ketidakmatangan usus diduga terkait erat dengan alergi. Menyusui eksklusif selama 6 bulan dan menghindari penggunaan makanan tambahan, susu formula, suplemen serta zat-zat tambahan akan menghindari kemungkinan bayi terkena asma, atopi, dan penyakit kronis lainnya.

ASI melindungi bayi dari penyakit-penyakit lain, akut maupun kronis

Berbagai penelitian menunjukan bahwa ASI dapat melindungi bayi dari penyakit saluran pencernaan, Penyakit saluran pernapasan, Penyakit saluran kemih, Kanker di masa kanak-kanak, Obesitas, Kencing manis, dan lain-lain.

Ditulis oleh: dr. Fitra
Seorang dokter umum dan inisiator berdiri Gema Indonesia Menyusui, seorang konsultan menyusui (IBCLC) dan aktif sebagai konselor menyusui sejak 2007.