Mendapat ASI adalah hak mutlak dari seorang anak, anak berhak untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik dan mendapat asupan yang tak tergantikan, seperti halnya bunda yang ingin selalu memberikan yang baik, dan mempunyai kualitas hidup baik. Menyusui adalah hal penting dalam mewujudkannya.Harapan untuk mampu memberikan ASI kadang begitu mudah untuk sirna, salah satu faktornya adalah tidak adanya dukungan yang dari masyarakat. Fasilitas Kesehatan (FASKES) dan Tenaga Kesehatan (NAKES) mempunyai peranan penting untuk mendukung dan membantu ibu untuk menyusui, meski ironinya anak-anak yang lahir dari ibu yang dibantu tenaga kesehatan atau melahirkan di fasilitas kesehatan lebih cenderung mendapatkan makanan prelaktal (sebelum ibu menyusui) dibandingkan yang lain.
Menurut MercyCorps Indonesia yang melakukan survey pengetahuan, praktik dan cakupannya di Jakarta Utara pada 2007 menunjukan hasil yang mencengangkan, dari 64% ibu yang memberi makanan atau minuman pada bayinya sebelum menyusui 26.2% mengaku melakukannya karena mengikuti saran bidan, 15.5% karena saran Perawat, 12.6% karena anjuran Bidan Puskesmas, dan 9.7% saran dari Bidan Rumah Sakit, yang mana 66% yang mereka berikan adalah Susu Formula. Pertanyaan besarnya, kenapa bisa terjadi begitu, sedangkan Fasilitas Kesehatan dan Petugas Kesehatan mempunyai peran penting untuk membantu dan mendukung menyusui?
10 Langkah Menuju Kesuksesan Menyusui atau biasa disebut dengan 10 LMKM merupakan komitmen dari Fasilitas Kesehatan yang diusung bersama-sama masyarakat untuk mensukseskan menyusui, 10 langkah itu adalah:
1. Sarana pelayanan kesehatan memiliki kebijakan peningkatan pemberian ASI yang tertulis dan secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas kesehatan.
Langkah pertama yang penting ini adalah langkah yang dapat memastikan dan strategi untuk menjalankan seluruh 10 langkah, yang akan memenuhi standar perawatan yang konsisten yang dapat dievaluasi secara regular dan terstruktur. Kebijakan itu juga mengatur etika dan komitmen untuk menolak berbagai jenis promosi produk susu/makanan bayi sesuai dengan kode internasional pemasaran produk pengganti ASI dan peraturan local yang sudah ada.
Kebijakan yang telah disepakati sebaiknya ditulis dalam bahasa yang dapat dipahami dan dibaca oleh sebagian besar pasien dan staf Rumah Sakit terutama yang merawat ibu dan bayi. Mempublikasikan kebijakan dengan memasang di tempat dimana pasien dan staf dapat membacanya dapat membantu mereka mengetahui hak dan kewajibannya.
2. Melakukan Pelatihan bagi petugas kesehatan dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
Setelah kebijakan disosialisasikan, penting untuk FASKES melakukan pelatihan dan pemberian informasi yang memadai untuk para stafnya tentang apa itu keuntungan menyusui, risiko pemberian susu formula, manajemen laktasi, bagaimana menolong ibu memulai dan memantapkan menyusui, dan menitik beratkan untuk seluruh staff agar bertahap mengeliminasi seluruh perilaku dan tindakan yang dapat menghambat proses menyusui.
Langkah ini dapat dilakukan dengan mengikuti Pelatihan Konseling Menyusui, melalui tenaga terlatih untuk kemudian dikembangkan menjadi satu keterampilan penunjang yang penting bagi staf FASKES.
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
Seorang ibu akan merasa siap untuk melakukan satu tindakan saat dia terinformasi dengan baik tentang langkah yang akan diambil, sehingga FASKES mempunyai peranan penting dalam edukasi Ibu Hamil (BUMIL) dan Ibu Menyusui (BUSUI). Informasi standard yang dapat disampaikan antara lain: Keuntungan Menyusui, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Rawat Gabung, Pentingnya menyusui semau bayi, ASI Eksklusif 6 bulan, Meyakinkan ibu bahwa ASInya cukup, resiko pemberian susu formula dan bagaimana memposisikan bayi saat menyusui.
Semua informasi tersebut bertahap diberikan,masa hamil setidaknya 2 pertemuan dapat dilakukan sebagai media untuk memberikan informasi ini, dilanjutkan masa IMD dan masa Nifas, pertemuan ini biasa dikenal dengan 7 kontak ASI.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan , yang dilakukan diruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit.
Langkah empat ini biasa dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini atau IMD, WHO dan UNICEF melakukan perubahan interpretasi tahun2007 untuk langkah ini menjadi: ” Segera setelah lahir, tengkurapkan bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan dalam posisi ini setidaknya selama 1 jam atau sampai menyusu awal selesai.” Artinya semua bayi seyogyanya mendapat kesempatan untuk memulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Konteks “segera” bearti secepatnya setelah melahirkan tanpa adanya intervensi lain yang membuat proses IMD menjadi tertunda. Indikasi dari IMD adalah, bayi dan ibu dalam keadaan stabil bagaimanapun proses melahirkan yang ibu pilih dengan parameter sesegera mungkin setelah proses persalinan ibu dan bayi dan bayi dibiarkan kontak kulit dengan minimal proses kontak kulit adalah 1 jam.
Lalu bayi dirawat gabung bersama ibu, tidak dipisahkan antar keduanya tanpa indikasi medis, sehingga ibu dapat menyusui bayinya semau bayi dan tidak diberikan empeng atau dot pada bayi.
5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar, dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
Seperti yang kita ketahui, kadang ibu merasa kesulitan untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, sehingga dukungan FASKES dan NAKES dalam tahap ini dapat membantu ibu memulai dan memantapkan menyusui. Saat bayi dipisahkan dari ibu karena ada indikasi medis yang mengharuskannya berpisah, maka peran FASKES dan NAKES menjadi sangat penting. Memerah ASI secara berkala dan benar, dan membantu penyimpanan dan memberikan ASI perah dengan menggunakan cangkir untuk bayi dapat membantu ibu untuk tetap memberikan ASI walau bayi dipisahkan karena indikasi medis.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
Kita tahu bahwa kolostrum adalah penting dan tidak pernah tergantikan, kandungan antibodi yang besar dan zat lain yang dibutuhkan untuk mengembangkan usus bayi yang belum matang akan menjaga dan memenuhi kebutuhan bayi saat itu. Sungguh menjadi kerugian saat kolostrum dengan berbagai keuntungannya harus digantikan dengan yang lain yang tidak dibutuhkan.
Sehingga dalam langkah ini, FASKES ataupun NAKES berperan sangat penting untuk menjaga agar bayi tidak mendapat apapun kecuali kolostrum, dan kembali merawat bayi bersama-sama (rawat gabung) dapat membantu mereka memulai dan memantapkan menyusui.
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari.
Rawat gabung merupakan factor penting untuk keberhasilan menyusui dan memantapkannya, di langkah-langkah sebelumnya kita sudah memahami bahwa rawat gabung merupakan penunjang penting dalam proses menyusui. Pemisahan bayi dari ibunya akan meningkatkan hormone stress pada bayi yang berakibat pada menurunnya daya tahan tubuh bayi.
Praktik rawat gabung yang baik, meletakan bayi di area dimana ibu dapat menjangkau dan merespon bayi disaat bayi membutuhkan,sehingga proses menyusui berjalan dengan lancer.
Keuntungannya, bayi mendapat respon dari ibu dan akan membantu meningkatkan kedekatan (bonding), bayi jarang menangis sehingga berkuranglah keinginannya untuk member asupan botol, ibu menjadi lebih percaya diri dan pontensi untuk melanjutkan menyusui lebih lama akan lebih besar.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.
Saat ASI yang dibutuhkan setiap bayi berbeda, maka proses menyusui dan frekwensinya menjadi beragam, Sehingga pembatasan, penjadwalan dan penetapan waktu tertentu untuk bayi menyusu sebaiknya dihindari. Sehingga parameternya adalah, tanda lapar yang ditunjukan bayi, merespon bayi dan menyusuinya lalu membiarkannya menyusu semau dan selama bayi kehendaki. Sedangkan menangis merupakan tanda lapar yang sudah sangat lapar, peran tenaga kesehatan untuk memberi ibu informasi dan edukasi pada ibu agar ibu mengenali tanda-tanda bayi lapar dan mau menyusu dapat membantu bayi tumbuh dan mendapat semua kebutuhannya.
Apabila bayi menyusui semau bayi maka ASI akan ‘keluar’ lebih cepat, hal ini akan membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu, selain itu berat badan bayi akan naik lebih cepat, kesultan lebih sedikit dan kegiatan menyusui akan lebih mudah dimantapkan.
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
Pemberian asupan menggunakan cangkir, karena cangkir mudah dibersihkan dengan sabun dan air. lalu, kalau dibanding botol, cangkir lebih kecil kemungkinannya untuk dibawa kemana-mana dalam waktu lama yang memberi kesempatan bakteri berkembang biak.Cangkir tidak bisa diletakkan begitu saja di samping bayi biar bayi makan sendiri. ibu yang memberi bayi asupan lewat cangkir harus memegangi bayi, memperhatikannya, dan memberi kontak yang dibutuhkan bayi. Cangkir juga tidak mengganggu penyusuan pada payudara (bingung puting). Cangkir memungkinkan bayi mengontrol sendiri asupannya, sehingga bayi tetap menyusu semau bayi. Sehingga pemberian menggunakan botol sebaiknya dan semaksimal mungkin untuk dikurangi.
10.Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/ Sarana Pelayanan Kesehatan.
Pemantapan menyusui tidak menjadi parameter dalam perawatan paska melahirkan, sehingga kadang ibu sering dipulangkan dari rumah sakit tanpa observasi proses menyusui. Rumah Sakit sehebat apapun tidak mampu untuk menjamin ibu akan menyusui eksklusif setelah pulang dari Rumah Sakit, sedangkan kita tahu bahwa 1 minggu pertama merupakan periode yang sulit untuk ibu, ibu lebih mudah untuk teralihkan dan memutuskan memberi makanan atau minuman lain dengan alasan beragam.
Saat ibu pulang dari Rumah Sakit, mungkin ibu akan mengalami kesulitan menyusui, tuntutan anggota keluarga lain dan mendengar naseihat yang berbeda-beda tentang cara menyusui. Hal-hal itulah yang meningkatkan potensi untuk gagal menyusui. Sehingga dibutuhkanlah satu kelompok ibu yang dengan concern dan terorganisir untuk membantu dan mendukug ibu menyusui. Kelompok tersebut dapat dibentuk dari sumber bantuan di masyarakat yang bias ibu dapatkan, seperti keluarga dan teman, bantuan tersebut sebaiknya berkesinambungan dan mendapat bantuan dari tenaga kesehatan.
Tercapainya 10 Langkah Menuju Kesuksesan Menyusui akan menjadikan Rumah Sakit, Rumah Bersalin dan fasilitas kesehatan lain menjadi sayang bayi, dan tidak menutup kemungkinan untuk menjadi sayang ibu. Kadang secara tidak sengaja FASKES atau NAKESnya itu sendiri melakukan praktik-praktik yang justru akan menghalangi kegiatan menyusui atau menghambat kesuksesan menyusui, sehingga langkah-langkah ini menjadi penting sebagai upaya untuk memantapkan peran FASKES dan NAKES untuk mendunkung, membantu dan melindungi kegiatan menyusui.