Substansi yang dipercaya dapat memperbanyak ASI biasa disebut sebagai galaktagog atau laktagog. Bisa berupa makanan, obat, atau ramuan herbal.
Ada banyak laktagog yang dipercaya di masyarakat yang bisa meningkatkan produksi ASI, rata-rata belum dilakukan riset lebih mendalam apakah benar-benar berefek meningkatkan produksi ASI. Umumnya yang diduga terjadi adalah efek plasebo yang sangat kuat. Ketika seorang ibu yakin bahwa makanan yang dimakan akan memperbanyak ASInya, maka itulah yang akan terjadi. Ingatlah bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hormon oksitosin adalah perasaan.
Apa saja yang bisa digunakan sebagai galaktagog? Semua makanan, obat, herbal atau jamu yg dipercaya bisa memperbanyak ASI, bisa menjadi galaktagog. Beberapa sudah diteliti seperti fenugreek (di Indonesia dikenal sebagai kelabat atau klabet), torbangun dan daun katuk.
Masyarakat Indonesia akrab dengan tradisi herbal atau jamu yang biasa diberikan pada ibu menyusui untuk memperbanyak ASI. Racikan yang sudah biasa digunakan oleh keluarga dengan tradisi menyusui yang kuat, berdasar pengalaman akan memperbanyak ASI tanpa mengganggu bayi, dapat dipertimbangkan untuk digunakan. Salah satu contoh jamu tradisional pelancar ASI yang kita miliki adalah racikan sayur katuk ditambah temulawak.
Sementara itu ada obat diketahui memiliki efek samping sebagai laktagog adalah metokloperamid dan domperidone yang merupakan obat mual, serta oksitosin nasal spray. Selain berefek memperbanyak ASI metokloperamide juga memiliki efek ke sistem saraf, sementara domperidone diketahui lebih sedikit memengaruhi sistem saraf karena itu lebih umum digunakan sebagai galaktagog. Penggunaan obat-obatan ini sebagai galaktagog perlu oleh dan dalam pengawasan dokter. Sementara oksitosin nasal spray β belum tersedia di Indonesia β bisa berperan untuk meningkatkan LDR saat LDR ibu terhalang oleh nyeri dan stres meski efek signifikannya masih diragukan.
Untuk pengoptimalan peran galaktagog, kita tidak boleh melupakan prinsip kerja produksi ASI. Ketika produksi ASI dirasa kurang kita perlu mengevaluasi cara menyusui yang selama ini dilakukan. Pemberian laktagog tanpa evaluasi dan koreksi cara menyusui, hanya akan membuat ibu makin frustasi karena apapun makanan yang dimakan ASI tak kunjung banyak.
Saat dirasakan ASI berkurang, yang perlu dilakukan sebagai langkah awal adalah mengontak konselor menyusui kita, untuk kemudian bersama-sama :
- Melakukan perunutan riwayat menyusu pada anak dan ibu, untuk mengevaluasi apakah produksi ASI dan transfer ASI ke bayi cukup untuk mempertahankan suplai yang memadai.
- Jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi maka rencana menyeluruh harus dibuat bersama konselor menyusui/konsultan menyusui.
- Baik faktor eksternal maupun internal perlu juga dipertimbangkan seperti : sejauh mana pengetahuan kita tentang ASI dan menyusui dan dukungan pihak-pihak yang terlibat, hal tersebut lebih penting dibandingkan mengukur berapa volume ASI ibu.
- Galaktagog dapat menjadi bagian dari rencana memperbanyak ASI, namun pada kebanyakan kasus tidak dijadikan terapi utama. Karena dasar dari produksi ASI adalah suplai mengikuti permintaan, maka semakin banyak dikeluarkan dengan cara yang tepat, ASI akan semakin banyak diproduksi. Mengidentifikasi dan mengatasi semua faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi akan memberikan hasil yang terbaik π